“Mungkin sebagian dari orang – orang disekitarku menganggap tindakanku ini adalah tindakan yang BODOH.
Sebagian orang yang lain menganggap ini SIA-SIA.
Dan sebagian lagi menganggap ini GILAK.
Tapi ada sebagiaan dari mereka pula yang menganggap ini tindakan yang TERBAIK.
Dan juga ada yang menganggap ini WONDERFUL…”
Seperti dikisahkan pada cerita Lukman AL-Haqi (seorang ahli hukum sholih di zamannya Nabi Daud) dan putranya, mereka sedang melakukan perjalanan berdua dengan seekor keledai dan beberapa barang bawaan sebagai bekal. Mereka berangkat dengan menaiki keledai bersama-sama , hingga di tengah jalan bertemu dengan seorang saudagar yang berkata “tidakah kalian punya belas kasihan? Binatang seukuran ini, kalian naiki berdua, dan masih ditambah barang - barang kalian??.” Akhirnya Lukman turun lalu berjalan kaki sambil menuntun keledai yang dinaiki putra dan barang bawaannya. Tidak lama, bertemulah mereka dengan seorang tetangganya dari arah yang berlawanan yang berkata “anak macam apa ini, tega menaiki keledai sendirian dan membiarkan ayahnya berjalan kaki sperti ini? ”. Akhirnya anak pun turun dan mempersilahkan ayahnya menaiki keledai. Selang beberapa saat, Bertemu lagi dengan saudagar yang lain yang juga merupakan tetangganya dan berseru “he Lukman, apa -apaan kau, enak - enakan duduk diatas keledai sendirian, dan membiarkan anakmu berjalan di gurun panas sperti ini!???”. Diperjalanan selanjutnya, keduanya pun turun dan menuntun keledai bersama-sama. Hingga Bertemu dengan Seorang saudagar yang lainnya lagi dan berkata “kalian ini bodoh atau bagaimana!??apa gunanya membawa keledai jika tidak kalian naiki???”
Whaaatz!?? -_-* Begitukah yang sering kita alami selama ini?? Sebaik2nya mempersiapkan suatu tindakan, tetap saja ada yang menganggapnya kurang baik. Begitulah fenomena SAWANG SINAWANG di dunia ini. Secara tak sadar kita pun pernah melakukan hal ini pada orang lain. Walao kita tak selalu menuntut mereka untuk bilang “WWWWUUUUAO!” dengan tindakan kita, tapi setidaknya kita butuh sedikit dihargai.
Sepertihalnya sebagai mahluk sosial kita dituntut untuk berjuang, memperjuangkan kelangsungan hidup ini, bermacam – macam pekerjaan kita. Kita beranggapan pekerjaan mereka lebih baik, lebih enak, dan sebagainya. Kenyataan ketika sudah dalam posisi itu terasa biasa saja. Atau ketika kita melihat pekerjaan yang sulit itu pun tidak sesulit yang kita bayangkan buktinya mereka menikmatinya. Jadi intinya lakukan yang terbaik, untuk setiap pekerjaan kita.
Karena setiap tindakan yang kita lakukan pada diri kita itu sudah berdasarkan proses pemikiran, pertimbangan, dan alasan yang cukup mendasarinya. Dan juga kita sadar, siapa yang akan bertanggung jawab atas semua tindakan ini jika bukan diri kita sendiri. Dan memang hakikinya yang paling bertanggung jawab atas diri seseeorang itu ya dirinya sendiri…
Jadi, stop “HOBI NYACAT” pada orang lain, dan tak perlu jatuh mental hancur ambyar pyar pyar seketika, disaat hal yang dirasa terbaik telah dilakukan, tapi ternyata masi saja ada yang “MENYACAT”-nya… karena sebenarnya mereka semua ada untuk menguatkan dan mendewasakan kita, entah mereka yang menyanjung maupun yang mencela…
Nuwun…
Writted by: Nurita