"mas, tadi hpnya bunyi" kata temen saya
saya lihat ternyata 3 panggilan tak terjawab dari Db Dimas.
Maka saya putuskan untuk menelfon balik.
"pak dim ada apa?" kataku dalam telfon.
"ini ada satu bangku kosong untuk ketawang mangu"
katanya.
"wah, udah malam seperti ini. gimana saya ke
kedirinya?" kataku.
"iya, sampeyan tadi udah saya telfon nggak diangkat. la
gimana mau ikut nggak?" katanya.
"emangnya berangkat dari kediri kapan?" tanyaku.
"besok pagi jam 07.00 insya Alloh" jawabnya.
Saya pikir - pikir udah lama juga nggak ngunjungin
Wisata Tawangmangu.
"okelah insya Alloh besok saya usahakan" kataku, menyanggupi tawarannya.
saya juga mikir ini mungkin satu satunya kesempatan, sekali
seumur hidup menghadiri acara pernikahan mas Ari di tawangmangu.
esok harinya setelah sholat subuh saya berangkat dari
gadingmangu ke kediri. Alhamdulillah sampai kediri jam enam kurang. masih ada
waktu untuk persiapan. mandi, makan, dan lain lain.
akhirnya saya bisa ikut deh.
Perjalanan dari kediri - tawangmangu.
agak telat sih, kami bertolak dari kediri kurang lebih jam
delapan. cukup lancar, cuacapun cukup cerah (sunny morning). ya walaupun di
beberapa ruas jalan agak rame, ada beberapa truk GG lagi (gudang garam). jadi
agak sedikit terhambat.
tapi itu nggak lama setelah memasuki kawasan sarangan -
magetan. udaranya sejuk, pemandangannya pun indah, serasa menembus awan. lihat
saja ini beberapa gambar yang bisa saya ambil. kurang jelas sih, soalnya
diambil dari dalam mobil yang sedang jalan.
itu semua udah cukuplah mengobati rasa capek kami. inilah asyiknya kalo
Wisata Tawangmangu lewat sebelah timur. Sebelum sampai ke Tawangmangu masih bisa menikmati keindahan Wisata Sarangan juga.
kami pun tiba di tempat tujuan, Balerejo - Bandardawung -
Tawangmangu - Karanganyar. acaranya memang udah muali tapi bisa dibilang nggak
telat. sebelum itu pun kami masih berkesempatan sholat dzuhur - ashar ( jamak
qosor). Penuduknyapun masih kental dengan adat jawa yang sopan. beberapa dari
mereka menyapa dengan senyum. sungguh bersahabat suasana di desa itu.
saat acara cukup lancar, walaupun ditengah tengah acara
hujan cukup deras mengguyur desa itu. akan tetapi acara masih bisa dilanjutkan,
kan ada tendanya. acara demi acara pun selesai. ternyata duduk di belakang ada
untungnya juga. karena terkena hujan kami harus berdiri sehingga di penghujung
acara kami dipersilahkan untuk foto dengan penganten lebih dulu, jadi bisa
pulang lebih awal.
Pulang ke kediri
nggak lama pulang juga ke kediri, kali ini suasananya beda
dengan saat berangkat tadi. ada tambahan penumpang yaitu Galuh, putra dari
Masda sekretaris PPWB. itu dikarenakan mulai gerimis. sesaat hujan turun agak
deras. keadaan itu memaksa kami untuk mengambil jalan lain yaitu melalui sragen
- ngawi. walaupun muter dan lebih jauh tapi tidak naik turun seperti juka lewat
sarangan.
oke tapi bukan itu yang menjadi perhatian saya. melainkan
sesuatu tentang hujan (something about rain).
saya mulai ya..
Keluar dari dusun Balerejo langsung menuju Pondok Al Hidayah
Tawangmangu untuk menjemput Galuh. Walaupun cuman bentar lumayan ada kenang
kenangan disini hehehe...
keluar dari Pondok Al Hidayah, keadaan mendung dan muali
sedikit hujan, berjalan beberapa kilo hujan semakin deras. tapi di depan kami
ada tempat yang nggak hujan, berjalan kurang lebih lima ratus meter hujan lagi,
kemudian ada tempat yang nggak hujan lagi. dan keadaan itu berulang ulang
sampai empat atau lima kali. itu sangat menakjubkan, inilah yang membuat saya
ingat sesuatu, sesuatu kisah di zaman Rosululloh SAW. yaitu:
Bahwa seorang sahabat memasuki mesjid pada hari Jumat dari
pintu searah dengan Darulqada. Pada waktu itu Rasulullah saw. sedang berdiri
berkhutbah. Sahabat tersebut menghadap Rasulullah saw. sambil berdiri, lalu
berkata: Ya Rasulullah, harta benda telah musnah dan mata penghidupan terputus,
berdoalah kepada Allah, agar Dia berkenan menurunkan hujan. Rasulullah saw.
mengangkat kedua tangannya dan berdoa: "Ya Allah, turunkanlah hujan kepada
kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan
kepada kami". Kata Anas: Demi Allah, di langit kami tidak melihat mendung
atau gumpalan awan. Antara kami dan gunung tidak ada rumah atau perkampungan
(yang dapat menghalangi pandangan kami untuk melihat tanda-tanda hujan).
Tiba-tiba dari balik gunung muncul mendung bagaikan perisai. Ketika berada di
tengah langit mendung itu menyebar lalu menurunkan hujan. Demi Allah, kami
tidak melihat matahari sedikit pun pada hari Jumat berikutnya. Kemudian kata
Anas lagi: Pada Jumat berikutnya seseorang datang dari pintu yang telah di
sebut di atas ketika Rasulullah saw. sedang berkhutbah. Orang itu menghadap
beliau sambil berdiri dan berkata: Wahai Rasulullah, harta-harta telah musnah
dan mata pencarian terputus (karena hujan terus menerus), berdoalah agar Allah berkenan
menghentikannya. Rasulullah saw. mengangkat tangannya dan berdoa: "Ya
Allah, di sekitar kami dan jangan di atas kami. Ya Allah, di atas gunung-gunung
dan bukit-bukit, di pusat-pusat lembah dan tempat tumbuh pepohonan". Hujan
pun reda dan kami dapat keluar, berjalan di bawah sinar matahari. (HR Bukhari
dan Muslim)
Saya pikir kurang lebih keadaannya seperti ini. Mungkin di
tempat yang nggak hujan para penduduk do’a supaya nggak hujan sedangkan di
tempat yang hujan mereka memang ingin hujan.
Wallohu a’lam. Yang jelas itu kekuasaan Alloh. Itu fenomena yang luar
biasa bagiku bagaimana tidak di suatu tempat hujan di tempat lain kering, bukan
hanya satu tempat tapi banyak tempat dan jaraknyapun berdekatan. Subhanalloh…
semoga bermanfaat, dari saya di
Buku Bermafaat